Waktu pun
berlalu entah sudah berapa lama ini kupandangi lukisan itu, sedikit pun aku tak
terpejam dan tak beranjak baik gerak maupun rasa dari lukisan yang begitu
indahnya memancarkan keagungan penciptanya. Dalam hati ku bergumam “Ya Tuhan
ingin rasanya ku miliki lukisan ini akan kurawat dia baik-baik akan kuberi dia
figura yang indah dari emas”. Hmm tapi apadaya mungkin tuhan tahu aku orangnya
tidak pandai merawat haha bodoh. Sempat ku mencoba beralih untuk melihat
lukisan lukisan lainnya bukan bermaksud ingin mendua atau mentiga hanya mencoba
apakah aku dapat melupakan angan kosongku untuk memiliki. Kujalani lorong
pameran di setiap koridor ku temukan lukisan-lukisan yang sangat indah. Aku pun
terdiam dari semua lukisan aku kembali lagi pada lukisan awal yang kulihat dan bagiku kau seperti rumah kemana pun ku pergi suatu saat pasti aku kembali. Ah apa
mungkin ini jatuh cinta pada pandangan pertama seperti yang anak muda
sekarang-sekarang ini katakan. Tapi rasa cinta ini ah tidak kata cinta pun aku
rasa kurang untuk menggambarkan apa yang kurasa sekarang dan rasa ini tulus, rasa
yang pemiliknya pun tak tahu rasa apa ini, rasa yang tidak beralasan muncul dan
tumbuh begitu saja. Dan kini sudah berapa lama kupandangi lukisan itu pun aku
tak tahu. Kupandangi kupandangi dan terus kupandangi aku pun tersadar anganku
mungkin pupus untuk memilikinya tapi rasa ini takan pernah pupus hanya berharap
agar nantinya lukisan ini jatuh di tangan pemilik yang tepat. Dan “Terima kasih tuhan dengan hidupku yang sekali
ini kau pertemukan aku dengan makhluk yang begitu indahnya karyamu begitu agung
aku bangga”. Dan aku lelaki aku pun punya hati di saat seperti ini yang
kuinginkan hanyalah jawaban atas pertanyaan teman-temanku ketika mereka
bertanya ada apa aku denganmu tak lumrah rasanya jika kita yang cuma teman tapi
sedekat ini. Ingin sekali ku ucapkan salam perpisahan tapi lisan ini kelu dan memori
kecil tentangmu takan pernah kuhapus biarkan mewarnai hidupku meskipun hitam
tapi setidaknya berwarna daripada kubiarkan polos.