Atas keinginan saya untuk
menceritakan hal memalukan ini. Alkisah
terdapat di daerah nun jauh di sana, sebuah daerah terpencil, yang
teknologi dan listrik pun belum masuk ke daerah ini, tepatnya 2 rumah di
belakang rumah saya terdapat seseorang penjual Mie Ayam bernama Kaman. Pembaca
pasti menebak-nebak siapakah nama kepanjangan dari Kaman ini. Apakah ?
Kaman Rider ?
Kaman Mini Indonesia Indah ?
Atau Kaman Bibi Ibu Ayah Kakek Nenek Buyut Cicit Cucut ?
Tidak !!! Nama aslinya adalah Kamandanu, sebuah nama yang terlalu keren untuk ukuran seorang pedagang mie ayam sekelas tingkat kelurahan. Kaman ini termasuk orang yang aktif dia berdagang mie ayam setiap hari mulai dari pukul 12.00 siang sampai larut malam, sebelum jam 12.00 siang yaitu jam 09.00 pagi sampai waktu dia berdagang dia tidur terlebih dahulu sebelum memulai aktifitasnya. Kaman juga termasuk orang yang paham akan teknologi, untuk gerobaknya saja di lengkapi sebuah senter portable abad 21, terdapat juga mesin pelacak retina ala film Mission Imposible di locker tempat menyimpan uangnya, akan tetapi Kaman lebih suka menyimpan uang di saku celanya karena lebih mudah mengembalikan uang kembalian pelanggannya. Kamandanu juga suka gonta ganti HP sesuai dengan model dan trend yang ada saat ini, Asia Phones, Nexian, D-One, Mito, dan yang terakhir Cross V5 putih dengan wallpaper dirinya sendiri foto close up dari dada hingga muka sedang memakan mie ayam sambil tersenyum lebar, aneh sungguh aneh padahal untuk wallpaper dia bisa menaruh foto istri atau anaknya atau istri menggendong anaknya atau apalah yang penting terdapat foto istri dan anaknya untuk motivasi dia berdagang, yang notabene istri dan anaknya berada nunjauh disana tidak bersamanya, yasudah tidak apa-apa mungkin Kamandanu khilaf atau mungkin dia memang sengaja memasang foto nya karena lagi lucu-lucu nya, BIARKAN!!!. Pernah suatu ketika saat aku menyantap Mie Ayam buatannya Kaman lagi sibuk-sibuknya berbalas pesan. Saat ku tanya “Istri ya mas yang SMS ?” dia menjawab “bukan ini dari Mas Parlan tukang bakso yang biasa mangkal di kelurahan” aku tidak masalah dengan dia SMS sama siapa atau apa atau bagaimana kapan dimana bilamana tapi yang jadi masalah adalah kemampuan HP Cross itu dalam membuat kuping saya sakit karena Cross itu tidak di silent oleh Kamandanu atau memang dia yang tidak mengerti cara men silent HP tersebut, ya kita tau HP China memiliki keunggulan suara di banding HP lainnya, ada sekitar 20 menit dia berbalas pesan, akupun kepo ingin tau apa yang sedang dia seorang pedagang Mie Ayam dan Mas Parlan seorang pedagan bakso bicarakan. Ya Tuhan ternyata semua is smsnya sama. Jadi begini sistemnya Mas Parlan misscallin Mas Kaman kemudian Mas Kaman yang tidak punya pulsa untuk menelpon dan hanya sanggup sms dia sms Mas Parlan, dan Mas Parlan memforward ulang sms Mas Kaman ke Mas Kaman lagi tanpa adanya perubahan kalimat atau tanda baca, saya sedih sungguh ironis kedua pedagang makanan ini dan BIARKAN!!!. Mungkin mereka bosan atau mungkin mereka terlibat suatu skandal cerita cinta yang aneh. Kaman ini baik orangnya aku membeli mie ayam bukan karena ingin memakan mie nya tapi lebih kegemaranku untuk memakan tulang-tulang ayam, kecuali kepala dan ceker ayam aku tidak suka, noooo !!!. Suatu ketika aku bertanya “Mas, sehari membawa berapa kilo mie ?” dia tersenyum tidak manis dan pahit dan berkata “Cuma 3 kilo”, kemudian saya menimpali “kalo pengen jadi orang kaya bawa 4 sampe 5 kilo dong mas”, dia berkata dengan lirih “gak kuat saya, segini aja laku udah bersyukur banget, daripada banyak gak abis terus rugi, kasian anak dan istri saya di kampung" seketika itu aku pengen nangis bombay ala india lari lari di lapangan bulutangkis ngumpet di pohon belimbing asem dan akhirnya manjat pohon kelapa.
Sebelum menjual mie ayam Kaman
pernah menjual Bakso entah karena isu daging babi yang merebak atau karena
slogan “KALO PENGEN GANTENG DAGANG MIE AYAM DONG” dia mendadak berubah menjadi tukang
mie ayam. Tapi menurutku bukan karena kedua hal itu melainkan karena untung
yang di dapat tukang mie ayam jauh lebih besar daripada menjadi tukang bakso, karena
apa ? berikut saya jabarkan fakto-faktor yang menyebabkan keuntungan selama
menjadi tukang bakso menipis.
- Ibu-ibu yang mempunyai anak kecil di daerah kami sering membeli bakso dengan harga 2rb rupiah untuk alasan makan anaknya, kalo yang Kaman jual mie ayam ibu ibu tidak akan bisa membeli 2rb dan ya kaleee anak kecil di kasih makan mie ayam
- Alasan mulut masih pedas yang menyebabkan kami meminta izin mas Kaman untuk mengambil 2 bakso ukuran kecil untuk kemudian kami makan kembali agar mulut kami tidak pedas wkwkw makmur banget ya, pembelinyaa, nah terkadang pembeli yang jahat tapi jujur dia hanya mengambil 2 bakso ukuran kecil saja, tapi untuk pembeli yang jahat tidak jujur dan tidak tau malu dia akan mengambil satu genggam bakso campuran yaitu bakso besar dan kecil untuk kemudian di bawa jalan sambil di makan di jalan.
Pernah suatu ketika bapak saya
datang untuk menyaksikan bagaimana proses terjadinya pembuatan bakso di rumah
kontrakan Mas Kaman, saat melihat proses nya kemudian bapak pulang dengan cepat
sambil tersenyum lebar sesampai dirumah saya bertanya ada apa gerangan ? bapak
menjawab “itu tadi mas Kaman bapak suruh untuk bulletin bakso nya pake tangan
kanan terus sendoknya pake tangan kiri dia bilang ya gak bisalah pakde ada-ada
saja, abisnya bapak jijik kan tangan kiri itu tangan jorok sering di pake untuk
hal-hal yang goib #baca cebok. Banyak cerita yang akan saya coba sampaikan
kepada pembaca tentang mie ayam Kaman ini, sementara untuk sekarang cukup
sampai disini, mudah-mudahan di next kesempatan we will meet again. See u
tomorrow J
0 komentar:
Posting Komentar